Sejumlah warga berkostum beskap biru menggotong gunungan buah dan sayur melintasi lapangan gunung Aren hingga Masjid Nurromah, Ngrame Tamantirto. Tepat di depannya, puluhan pasukan bregada prajurit tambak Yudo dengan gagah mengiringi arak-arakan gunungan. Mata warga pun terpusat pada rombongan itu, seolah tak ingin melewatkan arak-arakan hasil bumi, yang disusun menjulang ke atas. Bentuk gunungan tersebut seperti sarat makna, dengan perpaduan warna hasil-hasil pertanian warga. Selain ungkapan rasa syukur, kirab juga dimaksudkan sebagai media dakwah bagi seluruh umat menjelang perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Sebagai wujud doa bersama, warga menyiapkan serangkaian mu jahadah akbar malam sebelum ki rab budaya, Dengan penuh khidmat, mereka mengharapkan ke dama ian selalu melingkupi kehidup an warga.
Warga antar RT pun serempak me ngerjakan pembuatan gunung an secara gotong-royong. Mereka se jenak menghentikan aktivitas, dengan menyempatkan diri untuk beramai-ramai membuat kirab budaya. Dua RT pun memiliki kesempatan untuk menyusun gunungan sesuai dengan kreasi masing-masing, untuk diarak menyerati gunungan utama.
Ketua panitia kirab budaya, Tatak Mulyana mengatakan kirab memiliki sejumlah makna yang melingkupi warga Ngrame. Acara tahunan tersebut merupakan wujud rasa syukur warga terhadap Tuhan. Puluhan warga mengarak gunungan dari dusun Gunungan Aren menuju Masjid Nurromah. Gunungan lanang diwujudkan melalui sayur-sayuran, dengan tinggi mencapai 3 meter lebih, sementara gunungan wadhon berisi buah-buahan yang dipasang sejajar. Warga bersamasama mengumpulkan hasil pertanian, sebagai bagian dari hasil kerja keras mereka. “Kami baru pertama kali adakan kirab sebagai wujud syukur pada Tuhan,†ujarnya kemarin.
Persiapan kirab tidak membutuhkan waktu lama, warga memulai acara mujahadah akbar sebelum pelaksanaan kirab. “Gerakan budaya ini sekaligus jadi ajang dakwah dan media pengingat Tuhan,†kata dia. Warga Ngrame lanjutnya ingin mempertahankan keberadaan adat istiadat yang kian ditinggalkan. Acara yang baru digelar pertama kali ini, juga merupakan sarana pemersatu umat beragama. Dengan semangat gotong royong, warga saling bahu membahu menghasilkan kreasi gunungan. Selain itu, sejumlah tampilan kesenian seperti ogoh-ogoh, rombongan petani, dan lain-lain.
Setelah diarak, ratusan warga pun berebut gunungan tepat di depan masjid Nurromah. Tangan-tangan mereka pun seketika ingin menjangkau buah dan sayuran yang dihamur-hamburkan ke atas. Hampir semua warga mendapatkan gunungan, meski bentuk yang didapatkan telah terurai.